Senin, 08 Agustus 2011

Akibat Terlalu Bernafsu

Aku sudah dua bulan putus dengan pacarku, selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Maklum gaya pacaranku selama ini memang agak-agak menjurus. Meskipun begitu, aku masih bisa menjaga keperawananku hingga saat ini. Malam minggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk main ke sekretariat Mapala di kampusku yang biasanya ada yang menunggu 24 jam. Aku bukan anggota, tapi kenal beberapa orang anggotanya. Di sana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.

"Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?" tanyaku.
"Nggak, lagi boring ketemu dia terus."
"Lo kok..? Kan pacar..?"
"Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja."
"Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?"
"Nggak, kita lagi berantem kok!"
"Napa..?"
"Rahasia dong."
"Paling urusan seks..." kataku asal tebak.
"Lo, kok tau..?" tanyanya heran.
"Tau dong..." jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak.

Jangan heran, kalau mengobrol soal seks dengan anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada 'bocor' dan 'kocak' semua.

"Emang 'napa sih, dia nggak bisa muasin yah..?" tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.
Mas Putra melotot. "Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja, kalo udah mau ngebuka bajunya, dia langsung berontak." kulihat sorot matanya, kesal.
"O, gitu.."
"Lagian, payudaranya kecil banget..!" katanya.
Aku tertawa lagi. "Impas kan, punya Mas juga kecil,"
"Enak aja, mau liat..?!" tantangnya.

Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir dia juga, orangnya macho sih. Dengan kulitnya yang cokelat, tinggi menjulang, bahu bidang, lengan kekar, dada berotot dan perut yang sixpack, dia tampak sangat seksi. Dia paling suka panjat tebing, angkat beban, taekwondo dan renang. Aku sudah pernah melihatnya mandi di pantai. So cooollll...!!!

"Boleh..," tantangku balik.
"Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas."
Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada ruginya.
"Oke," jawabku, "Mas duluan ok..!"

Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeansnya pelan hingga terlihat CD yang membalut kontolnya yang sudah menegang.

"Sekarang kamu..!" perintahnya.
"Lho kok..?" kataku bingung.
"Satu persatu, biar fair..,"
"Oke."

Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia menurunkan jeansnya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank topku sebatas leher hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra. Mas Putra tidak langsung membuka CDnya, tapi malah mengelus-elus kontolnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengelus-elus payudaraku. Pelan dia menurunkan CDnya, memperlihatkan kepala kontolnya yang coklat, kemudian batangnya yang besar dan panjang, ukurannya di atas rata-rata orang Indonesia. Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan braku pelan yang memperlihatkan payudaraku yang besar, ranum dan berputing merah ini.

Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan kontol. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin liar, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku.

"Jangan disini..!" bisikku. Dia mengerti.
"Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul.." perintahnya.

Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan, mulai berciuman. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.

Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah nikmat. Kuciumi lehernya yang kokoh dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank topku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus memekku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.

Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeansku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeansnya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeansnya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan bentuk tubuhnya yang macho.

Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di memekku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CDku, aku membantu dengan mengangkat pantat.

Pelan dia memainkan lidahnya di memekku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih kontolnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan tubuhnya, dan aku di atas. Kubuka CDnya sedikit hingga kontolnya kelihatan, aku mengarahkan memekku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.

Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan memekku di kontolnya, kuraih kontolnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di memekku, memainkan klirotisku dengan kontolnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan memekku di kontolnya. Kuciumi lehernya terus turun ke dadanya, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.

Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CDnya, kulihat kontol coklatnya menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan Mas Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.

Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah Pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku yang ranum menempel erat di punggungnya yang kokoh.

Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi... hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.

Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangan kekarnya meremasi payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba memekku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.

Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusarnya, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan kontolnya. Jujur, aku benar-benar terangsang oleh tingkahnya. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeansnya, tinggal CD yang menempel dengan siluet kontolnya yang menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.

Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CDku dilepaskannya dengan mulutnya tanpa membuka rokku, yang hanya dia naikkan. Dia membuka CDnya juga, kontolnya tegak menjulang merangsang. Tak lama kamipun bugil bersama. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan kontolnya di perutku yang kencang. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa kontolnya kini menempel di bibir memekku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi, mengambil keperawananku. Kontolnya hanya digesek-gesekkan di memekku sambil mengulum bibirku.

Kemudian dia meraba memekku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahuku. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangan kekarnya mengarahkan kontolnya ke lubang memekku. Aku memeluk punggungnya yang kokoh sambil terus bertatapan. Kubantu kontolnya mencari lubang memekku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan kontolnya ke memekku. Pelan kepala kontolnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.

Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggungku dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan kontolnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku mesra sewaktu memasukkan lagi kontolnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua kontolnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan kontolnya di memekku, sementara kami mulai bercumbu lagi.

Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantat seksinya. Pelan-pelan kontolnya keluar masuk di memekku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Gerakannya yang pelan mulai berubah menjadi liar, kocokan kontolnya di memekku semakin kencang dan kasar, aku semakin bergairah, mengerang penuh kenikmatan, menggigiti bahunya yang bidang. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra yang ramping, sedangkan kaki kiriku dipegang erat oleh tangannya yang kekar, sementara tanganku memeluk punggungnya.

Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan kontol gedenya tetap menancap di memekku. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan kontolnya dan mulai mengocok, terasa sensasi nikmat yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang, meremas-remas payudaraku sambil terus mengocokku dengan liar dan bertenaga.

Agak lama aku klimaks, tubuhku menegang dan mulutku meracau nikmat. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya, langsung memasukkan kontolnya ke lubang memekku, mengoyang-goyang pelan.

Dia merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok kontolnya di memekku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding memekku terasa geli dan nikmat. Kucakari dadanya yang bidang dengan bernafsu. Kujilati juga puting susunya yang menggairahkan itu.

Sebelum aku klimaks yang keempat kalinya, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar liar dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalasnya setiap gerakan nakalnya. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus-dengus sampai tubuhku menegang. Pertanda akan mencapai klimaks. Mas Putra tidak peduli, terus mengocok kontolnya semakin kasar dan cepat.

Aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjotku sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian, kami segera pulang.

Sejak saat itu, Mas Putra jadi pacarku hingga akhirnya kami menikah dan menjadi suami-istri sekarang.

TAMAT







0 komentar:

Posting Komentar

Gimana menurut Agan buat cerita diatas...